upacara ritual rayagungan

  • Posted by Miranda
  • at Thursday, April 08, 2010 -
  • 0 comments
PENDAHULUAN
Rayagungan merupakan sebuah peringatan yang suka diperingati oleh masyarakat sunda terhadap Penciptanya, yang biasa dilakukan sekitar tanggal 21 sampai 25 rayagung dan pada penanggalan masehi pada tahun ini tepat pada tanggal 10 sampai 14 januari 2007. Acara Ritual rayagungan inipun dirayakan oleh masyarakat adat Sumedang Larang,Tepatnya di Dsn. Cimanglid Desa. Pasir Biru Kec. Rancakalong kab. Sumedang. Yang dipimpin langsung oleh pupuhu Sumedang Larang Asep Yudi Hidayat.
Dalam acara ritual rayagungan tahun ini terdapat beberapa ritual yang merupakan rangkaian dari kegiatan ritual rayagungan seperti : Ritual Manci, Jajap Pusaka, Ziarah Kubur, Seserahan, Hajat Buruan, Ritual Jentreng Tarawangsa, Ruatan, Huripan, lokatan, Longser, Ritual panah seuneu, Seni Kanuragan Benjang Leutak dan Pencak Silat, Koromong, Sandiwara Sunda, dan Tutup Pusaka. Karenna waktu penulis terbatas maka penulis hanya membahas sampai ritual jentreng saja, pada hal kami ingin sekali mengetahui semua kewgiatan Ritual Rayagungan ini.
Dan biasanya setelah acara ini suka dilanjutkan dengan acara Serentaun yang terdapat di Kuningan, dan setelah serentaun kembali lagi ke Rancakalong yaitu acara Ngalaksa atau Bubursuro.
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :
· Ingin mengetahui lebih jauh lagi tentang kehidupan masyarakat Sumedang Larang yang selama ini tidak ditemui di Bandung. Dari mulai tatakrama dan saling mengenal satu sama lain(masih adanya budaya gotongroyong).
· Ingin mengetahui lebih dalam lagi terhadap adanya keanehan – keanehan yang timbula dari ghaib.
· Ingin mengetahui tentang Ritual – ritual yang ada di Masyarakat Sumedang Larang.
· Ingin Mengetahui tentang kesenian yang berkembang di Sumedang Larang.
· Ingin memberikan pengalaman terhadap pembaca bahwa masih ada kesenian yang harus kita lestarikan dari kegiatan yang dilakukan oleh masyrakata adapt Sumedang Larang.

Ritual Manci

Foto Sesajen Ritual Manci 10 jan 2007

Ritual Manci adalah merupakan ritual pembukaan dalam masyarakat adat Sumedang larang. Ritual ini memiliki beberapa rangkaian acara seperti menyiapkan sesajen yang diperlukan dan tumpeng yang dibuat oleh masyarakat adat setempat, yang disimpan di panggung seperti yang terdapat pada gambar diatas. Selain itu juga Ritual manci memiliki beberapa urutan kegiatan seperti :


A. Bewara
Foto Tokoh Masyarakat sedang mengumpulkan Masyarakat adat

Bewara yaitu merupakan sebuah pengumuman atau panggilan kepada seluruh masyarakat Adat Sumedang Larang untuk segera berkumpul di Bale Adat, panmggilan ini dilakukan oleh tokoh masyrakat adat dengan menggunakan kentongan. Setelah itu masyarakat adapt akan segera berkumpul dengan membawa makanan dan juga nasi tumpeng yang akan diarak keliling kampung tersebut. Sebelum arak – arakan atau jajap Pusaka biasanya suka ada do’a bersama yang dilakukan oleh tokoh adat supaya mendapatkan keselamatan dalam melakukan kegiatan tersebut.
B. Jajap Pusaka
Foto Pupuhu Sumedang Larang sedang melepaskan burung

Dalam rangkaian acara jajap pusaka, sebelum arak – arakan untuk mengelilingi kampung, dimulai dulu wejangan dari Pupuhu Sumedang Larang yang selanjutnya akan melepaskan beberapa ekor burung sebagai symbol tolak bala dan memohon keselamatan, supaya tidak terjadi apa – apa dalam kegiatan rayagungan ini.

Kemudian masyrakat mengelilingi kampung sambil diiringi oleh musik yang terdiri dari : 3 buah Penclon, bedug, goong, dan kendang. Selain itu juga beberapa masyarakat adat ikut berpartisipasi dengan membawa sesajen tadi untuk diarak. Dan yang tidak kebagianpun ikut berpartisipasi dengan menari sambil mengelilingi kampung dan akan berhenti di makam tokoh Kampung yaitu Eyang Wirasuta. Dan konon menurut Masyrakat setempat makam tempat Eyang wirasuta tersebut merupakan gerbang atau pintu masuk ke kerajaan Sumedang Larang dan dipercayai kalu Eyang Wirasuta Tidak menghendaki maka orang itu tidak akan bidsa sampai kesana.
C. ZiarahKubur
Setelah sampai di makam Eyang Wirasuta, beberapa perwakilan tokoh adapt akan melakukan ziarah dan berdo’a meminta izin kepada leluhur untuk dimulai Ritual Rayagungan dan Memohon kegiatan itu berjalan dengan lancer kemudian acara rayagungan tersebut dimulai setelah ada aba – aba dari abah Leube yang dianggap kokolot disana.
D. Seserahan
Dalam rangka arak – arakan, 2 simbol berupa pohaci, geugeusan pare (ikatan padi), Keris, Tumbak, Payung Agung, dan juga Hanjuang akan diserahkan kepada Tokoh Trawangsa untuk dipergunakan pada kegiatan ritual malam hari yaitu Jentreng Tarawangsa hal ini dilakukan supaya dalam acara Tarawangsa nanti tidak terjadi hal – hal yang diinginkan.
Sementara seserahan berupa tumpeng warga disimpan di pekarangan makam, untuk selanjutnya di do’akan oleh sesepuh kampung, yang dimulai dengan mencipratkan air do’a kepada seluruh warga adat, dan diakhiri dengan mencipratkan air do’a kepada seluruh warga adapt, dan diakhiri dengan mencipratkan ke sesaji dan tumpeng. Hal ini diperrcayai oleh masyarakat setempat sebagai berkah dan kalau meminta sesuatu ketika kita kena air ciprat tersebut konon akan terkabul.
E. Hajat Buruan
Foto Pupuhu sedang memberikan do’a
Hajat Buruan yaitu merupakan rangkaian acara terakhir dari dalam ritual manci yang merupakan do’a keselamatan warga adapt yang dibacakan mengelilingi seserahan tumpeng warga, setelah itu warga menari mengelilingi tumpeng dengan dipimpin oleh pupuhu dengan gerakan tarian maju dan mundur serta putar arah. Setelah acara itu baru tumpeng dibagikan kepada masyrakata adat dan juga para pendatangpun dapat juga bagian tumpeng, merekapun makan bersama disana. Sehingga nuansa makanpun terasa lain dan merasa lebih akrab walaupun baru kenal dengan warga sana.
Ritual Jentreng Tarawangsa

Kesenian jentreng Tarawangsa ini merupakan salah satu kesenian ritual padi karena pada zaman kerajaan di Sumedang tidak terdapat padi dan yang ada hanya di Mataram saja sehingga Nyi Sumedang Larang dan 3 Tokoh masyarakat dari Sumedang pergi ke Mataram untuk mengambil benih padi tetapi setelah datang ke mataram Nyi Sumedang Larang dan3 orang tokoh itu hanya bisa menikmati padi mataram dan tidak boleh dibawa ke luar dari mataram sehingga tokoh tersebut berpikir akhirnya memasukan padi itu kedalam tarawangsa dan tidak ketahuan oleh kerajaan mataram, tetapi sayang diperjalanan pulang Nyi Sumedang Larang meninggal dan di makamkan di Jogja. Oleh karena perjuangannya itu sehingga Tarawangsa tersebut dijadikan upacara ritual atas ucapan terimakasih sehingga tarawangsa masih hidup sampai sekarang.
Kesenian peninggalan Zaman Kerajaan Sumedang Larang ini terdiri dari dua alat Musik saja Yaitu Jentreng dan Tarawangsa. Jentreng merupakan sebuah alat musik yang hamper mirip dengan kecapi tetapi hanya memiliki 7 dawai saja sedangkan tarawangsa merupakan alat gesek yang menyerupai rebab. Kesenian ini tidak sembarang digelar, hanya pada acara tertentu saja dapat ditrampilkan. Karena kesakralannya kesenian ini menjadi ruh dari ritual rayagungan.



Jentreng tarawangsa ditampilkan semalam suntuk dan berakhir menjelang subuh. Dalam kesenian ini antara penari wanita dan pria tidak boleh disatukan sehingga waktu pun dibagi dua dari jam 20.00 sampai jam 00.00 khusus untuk perempuan dan dari jam 00.00 sampai jam 04.00 giliran laki – laki. Dalam tarian tarawangsa ini, masyarakat mempercayai bahwa yang menari itu bukan dirinya melainkan para karuhun sehingga dalam dalam acara ini banyak penari yang kesurupan. Selain itu juga apabila ada yng kesurupan dia pasti tidak akan berhenti menari selama musik it uterus ia dengar selain itu juga apabila belum puas menari ia pun pasti menjerit. Selain itu juga dalam kegiatan ini orang yang tidak mau menari atau belum pernah menaripun suka ikut menari. Dan banyak lagi keanehan – keanehan yang lain dalam acara jentreng tarawangsa ini.
Kesimpulan
Dalam uraian ini penulis menarik kesimpulan bahwa banyak hal yang harus kita pelajari dan lestarikan dalam budaya Sunda, sehingga kita dapat memahami dan mempertahankan budaya Sunda. Selain itu juga dari kegiatan itu ada pelajaran baru buat kami bahwa didalam hidup kita itu ada juga sesuatu yang tidak bisa dipecahkan oleh akal pikiran tetapi hal atau peristiwa itu terjadi seperti halnya adanya yang kemasukan dalam acara jentreng tarawangsa.
Saran
Penulis memiliki saran bahwa pembelajaran secara langsung ke masyarakat sangat penting karena terjun langsung kemasyarakat akan lebih mudah diserap dari pada sebuah teori. Selain itu juga ada wawasan dan pemikiran untuk melestarikan kesenian yang telah ada dan hampir punah.








BIODATA PENULIS
NAMA : MAYLAN SOFIAN
ALAMAT RUMAH : JLN SUTA BRAJA NO 51 RT12/03 DESA BONGKOK KEC – PASEH – KAB SUMEDANG 45381
PEKERJAAN : guru kesenian
ALAMAT KAMPUS : JLN BUAH BATU NO 212 BANDUNG
NO HP : 081322317046
TTL : Sumedang, 5 mei 1985
Jenis kelamin : laki - laki

Author

Written by Admin

Aliquam molestie ligula vitae nunc lobortis dictum varius tellus porttitor. Suspendisse vehicula diam a ligula malesuada a pellentesque turpis facilisis. Vestibulum a urna elit. Nulla bibendum dolor suscipit tortor euismod eu laoreet odio facilisis.

0 comments: