Abstrak
Penulis mengambil judul
Fungsi gambang dalam wayang golek, karena penulis merasa peranan gambang di
masyarakat begitu kurang populer hal ini disebabkan karena tidak adanya
perhatian para seniman yang menghilangkan nuansa gambang di beberapa kesenian.
Dengan adanya tulisan ini penulis berharap gambang bisa populer sdesuai dengan
kesenian – kesenian yang lain.
PENDAHULUAN
Wayang golek dalam
kontek ini adalah salah satu bentuk kesenian tradisi yang perlu mendapatkan
perhatian. Jenis kesenian ini, setelah melalui perjalanan waktu yang amat
panjang, hingga kini ternyata masih tetap hidup dan mendapat dukungan dari
masyarakat. Kesenian wayang golek ini
merangkumberbagai jenis seni lain, seperti : seni rupa, tari, musik, sastra,
sehingga bisa dibahas dengan dilihat dari berbagai sudut pandang. Wayang golek
perlu mendapat perhatian dalam pelestarian atau pengembangan selanjutnya.
Kesenian tradisi dalam hal ini kesenian wayang
golek didukung oleh masyarakat yang memiliki sikap yang terikat pada aturan
adat. Semua kegiatan yang berciri tradisi cenderung lambat berubah. Di dalam
tradisi ada ketentuan norma, baik tertulis maupun tidak, yang harus dipatuhi
masyarakat tradisi.
Faktor yang sangat mendukung terhadap jalannya pertunjukan wayang golek adalah karawitan Sunda yang
mempergunakan seperangkat gamelan pelog/salendro. Penulis akan membahas tentang
fungsi gambang dalam pertunjukan wayang
golek. Gambang merupakan salah
satu instrumen dalam karawitan Sunda
yabg termasuk kategori instrumen pokok. Instrumen inilah yang memiliki peranan
sangat penting dalam perangkat gamelan pelog/salendro
Sunda, khususnya dalam penyajian wayang
golek. Peranan gambang sama penting dengan peranan kendang dan rebab. Akan
tetapi tingkat ergenitas tersebut kurang sebanding dengan perhatian orang
terhadap instrumen gambang ini,
sehingga populeritas masih kalah oleh instrumen kendang dan rebab. Hal
demikina disebabkan oleh kurang terpublikasinya instrumen gambang terhadap
masyarakat luas, baik dari sisi kontek gambang di dalam pertunjukan wayang golek maupun secara tektual yang menyangkut pola – pola tabuhan dan
cara – cara menabuh gambang itu
sendiri. Meskipun dalam hal ini instrumen gambang tidak secara mandiri
terpopuler oleh wayang golek, pola tabuhan ini masih tetap eksis dan terus
mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan iringan wayang golek tersebut.
Dari topik ini menghasilkan beberapa rumusan masalah di antaranya: (1)
seberapa besar peranan gambang dalam wayang golek. (2) mengapa gambang kurang
populer di masyarakat (3) berapa besar perhatian masyarakat terhadap gambang.
Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan deskriptif, yaitu menggambarkan
keadan yang sesuai dengan fakta yang ada. Penulis mengharapkan dengan adanya
tulisan ini bisa menaikan status gambang dan pembaca bisa mengetahui seberapa
besar peranan gambang dalam wayang golek juga dalam kesenian yang lainnya.
Asal Usul Wayang
Golek
Wayang golek pertama kali dibuat oleh
sunan kudus pada tahun 1583 guna menyebarkan agama Islam. Oleh karena itu
terjadi pencampuran atau akulturasi antara kebudayaan hindu dan Isalam, baik
terhadap aspek sosial maupun ceritanya. Wayang golek berkembang pada caman
Mataram abad XVII dan menyebar ke Jawa Barat melalui cirebon sehingga
berkembang sampai saat ini.
Fungsi Gambang
dalam Wayang Golek
Orang yang menabuh gambang dalam
wayang golek disebut juru gambang. Di dalam iringan wayang golek, gambang
termasuk waditra yang dominan terutama dalam kakawen dalang, namun demikian
dalam penyajiannya antara gambang dan waditra lainnya telah menjadi satu
kesatuan di dalam pergelaran wayang golek.
Sehingga dengan pernyataan diatas,
maka peranan gambang dalam wayang golek sangatlah penting karena gambang dalam
wayang golek memiliki peranan utama di dalampermainan gamelan wayang itu,
karena beberapa pangkat dalam lagu wayang banyak yang di pangkati oleh
gambang.bahkan gambang mendominasi dari pada waditra lainya.
Tetapi dibalik itu dalam kesenian lain
gambang jarang sekali dipakai sehingga orang jarang sekali yang meminati
gambang karena gambang jarang sekali dipakai oleh kesenian lain. Dan tanpa
gambangpun kesenian lain bisa jalan lain halnya dengan kendang sangat
dibutuhkan sehingga akibatnya gambang kurang populer.
Perhatian masyarakat terhadap
gambangpun sangat terabai setelah mereka sering mendengarkan kesenian itu tanpa
gambang. Lain halnya apabila wayang golek tidak memakai gambang masyarakat
pasti merasa ada yang kurang. Dan masyarakat banyak yang bilang bahwa itu bukan
musik wayang karena mereka selalu mendengarkan wayang dengan ada gambang.
Sering didengarkan dapat menjadi suatu faktor yang bisa membangun rasa sayang
masyarakat terhadap gambang.
Tabuhan Gambang
Dalam Wayang Golek
Seorang juru gambang harus menguasai
tabuhan gambang dengan baik sehingga bisa mengiringi pegelaran wayang golek
dengan baik dan benar dalam pengertian bahwa penempatan pola tabuhan telah
sesuai dengan estetika dalam wayang golek. Oleh karena itu penggunaan teknik
yang kurang tepat akanterasa kurang memuaskan pendengar sehingga gaya tarik
pendengarpun kurang. Adpun bentuk tabuhan dalanm wayang golek adalah sebagai
berikut:
·
Pola tabuhan gumekan yaitu motif dan
teknik – teknik tabuhan/ pukulan gambang yang mengacu pada melodi sekaran,
dengan mengisi vareasi lilitan melodi. Dalam tabuhan gumekan terdiri dari
beberapa motif, antara lain:
1.
digamyang yaitu pola pukulan gambang
dengan teknik pukulan antara tangan kanan dan tangan kiri berjarak satu gemyang
2.
digumek yaitu teknik pukulan dengan cara
memukul secara bergantian antara tangan kanan dan kiri dalam satu bagian melodi
tertentu
3.
talirantang
4.
cewakan
5.
candetan
·
Pola carukan yaitu bentuk tabuhan
gambang yang mengacu pada kenongan lagu.
Kesimpulan
Dalam wayang golek fungsi gambang sangat berperan sekali sehingga gambang
sangat mendominasi dalam pertunjukan wayang golek. Kurangnya popularitas
gambang disebabkan karena kurangnya pertunjukan gambang dalam kesenian lain
sehingga gambang tidak tersentuh oleh masyarakat.
0 comments:
Post a Comment